Wujud Zat Kelima
Di sekolah dasar dahulu kala, kita belajar bahwa wujud zat (states
of matter) ada tiga, yaitu padat (solid), cair (liquid),
dan gas. Zat padat memiliki sifat rigid, yaitu mempertahankan volume dan
bentuknya seperti bebatuan dan es. Zat cair mempertahankan volumenya tapi
bentuknya berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Air misalnya, menyerupai
bentuk gelas ketika di dalam gelas. Terakhir gas, baik volume dan bentuknya
berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Udara di dalam balon misalnya, volumenya
bertambah ketika balon membesar, begitu juga bentuknya.
Yang membedakan satu dengan yang
lain adalah jarak antarmolekul penyusun zat tersebut.Pada zat padat,
jarak antarmolekul penyusunnya sangat dekat (rapat) sehingga molekul-molekulnya
tidak dapat bebas bepergian. Ini seperti sebuah orang-orang yang berdesakan di
dalam lift sempit, mereka tidak dapat ke mana-mana kecuali berdiri di tempat.
Kalau pun dapat bergerak, hanya sedikit. Jika sebagian orang tadi keluar dari
lift, maka sebagian yang tinggal merasa lega dan dapat bergerak relatif
lebih leluasa. Ini analogi dengan zat cair, yang jarak antarmolekulnya relatif
lebih besar daripada zat padat. Dengan demikian, sejumlah air dapat
berubah-ubah bentuknya menyesuaikan wadah yang ditempatiny. Terakhir, jika
jarak antarmolekul sangat jauh (renggang) sehingga molekul bebas bergerak, maka
wujud zatnya adalah gas seperti udara. Dia tidak dapat mempertahankan bentuk
dan volumenya.
Diagram temperatur-energi pada perubahan fase wujud zat.
Perubahan fase selalu melibatkan panas, baik dilepas ataupun diterima, namun
temperatur zat tidak berubah. Dalam gambar, kotak merah menunjukkan proses
perubahan fase.
Zat juga dapat berubah wujud dari
satu ke yang lain. Namanya perubahan fase zat (phase change).
Wujud padat ke cair melewati proses pencairan (melting) seperti es
mencair menjadi air — kebalikannya disebut pembekuan (freezing). Wujud
cair ke gas melewati proses penguapan (vaporation) seperti air mendidih
menjadi uap air — kebalikannya disebut pengembunan atau kondensasi (condensation).
Wujud gas juga dapat menjadi padat lewat proses deposisi (deposition) —
kebalikannya disebut penyubliman (sublimation) seperti pada kasus kapur
barus.
Wujud zat dapat juga dibedakan
berdasarkan interaksi antarmolekul penyuzun zat. Dalam klasifikasi ini,
pada zat padat interaksi tarik-menarik antarmolekul membuat posisi
molekul-molekul penyusunnya tetap dalam koordinat dimensi ruang. Pada zat cair,
interaksi tarik-menarik antarmolekul relatif lebih lemah sehingga posisi
molekul-molekulnya berubah-ubah meskipun tidak ekstrim. Sedangkan dalam gas,
nyaris tidak terjadi interaksi antarmolekul gas sehingga mereka bebas bergerak
ke sana ke mari sehingga membuat gas tidak dapat mempertahankan volume dan
bentuknya.
Proses
perubahan fase zat. Arah panah ke atas menunjukkan nilai entalpi yang semakin
tinggi. Entalpi adalah konsep dalam termodinamika yang menunjukkan total energi
dalam plus total energi dari tekanan dan volume zat.
Ada satu wujud tambahan berdasarkan
interaksi antarmolekul penyusun, yaitu disebut plasma. Plasma adalah gas
yang terionisasi (memiliki muatan listrik) dan biasanya memiliki temperatur
yang tinggi. Interaksi ionik antar molekul-molekul bermuatan yang ada dalam
plasma memberikan plasma sifat-sifat yang berbeda dari tiga wujud lain. Inilah
yang menjadi alasan kenapa plasma disebut wujud zat keempat (the
fourth state of matterial).
Di Bumi kita, plasma dapat ditemukan
pada awan-awan bermuatan yang menghasilkan petir. Malah, sebagian orang
mendeskripsikan petir itu sendiri adalah plasma. Kilatan terang-benderang yang
kita saksikan dari petir adalah radiasi elektromagnetik (termasuk di dalamnya
cahaya tampak, gelombang radio, dan sinar-X) yang dipancarkan oleh plasma.
Selain itu, plasma pada petir membawa arus sampai 30.000 ampere dan memiliki
temperatur sampai 28.000 kelvin. Plasma juga ada di dalam tabung televisi
(bukan monitor datar seperti pada laptop) dan lampu neon.
Namun, sesungguhnya plasma lebih
banyak terdapat di luar angkasa. Debu-debu kosmik yang menjadi cikal-bakal
bintang berwujud plasma. Materi penyusun angin surya (solar wind), inti
Matahari, bahkan planet Jupiter sebagian besar berwujud plasma. Karena
banyaknya plasma mengisi ruang di luar angkasa, plasma menjadi salah satu kunci
untuk mempelajari Alam Semesta kita. Dalam fisika, pengkajian plasma secara khusus
dilakukan oleh cabang ilmu yang disebut fisika plasma (plasma physics).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar